Kamis, 24 Desember 2009

HILANGKAN BUDAYA GOLPUT

HILANGKAN BUDAYA GOLPUT

Tingginya golput pada pemilu kemarin bisa di bilang masi cukup tinggi, dan menjadi momok yang perlu di waspadai. Dari berita yang saya baca dari salah satu media cetak yang beredar di depok, angka golput mencapai 40 persen pada pemilu legislative lalu. Ini harus menjadi catatan bagi penyelenggara agar hal seperti ini tidak terulang lagi. Karma dari tahun ke tahun jumlah orang yang lebih memilih golput makin meningkat dan bias di bilang kegiatan golput ini telah membudaya dan menjadi kebiasaan bagi sebagian masyarakat.

Kebiasaan golput ini bisa di katakana karena masyarakat bingung karena banyaknya calon legislative yang mencalonkan diri di pemilu tahun ini. Dan mungkin juga masyarakat sudah bosan dengan janji janji para calon legislative yang biasanya setelah terpilih melupakan janji janjinya itu.

Polemik ini harus bisa di selesaikan dan penyelenggara harus bisa mencari solusi yang tepat agar masalah ini bisa teratasi dan budaya atau kebiasaan golput dapat di atasi dan tidak terulang di tahun-tahun berikutnya.

Mungkin para penyelenggara harus memberi pengertian kepada masyarakat, bahwa calon caleg yang di pilih oleh masyarakat adalh calon yang terbaik karena penilaian dari semua masyarakat adalah inggin mencari pemimpin yang terbaik. Dan hasilnyapun nantinya untuk masyarakat itu sendiri.

Karena semua ini tidak lain dari rakyat dan untuk rakyat. Jadi bagai manapun caranya pemilihan legislatife harus berjalan denga lancar

Bukan ingin dan bukan salah mereka!!

Bukan ingin dan bukan salah mereka!!

Sebentar lagi pagi kan datang walau sang bulan malas untuk pulang, daibangku terminal benak mu tertanda gelisah seorang merasa terbuang, sedetik ingatnya seribu angannya dambakan malam terus berbintang, di bawah sadarnya nasib bercerita hangatnya surya para neraka.

Sampai kapan kau akan bertahan dicaci langit tak sanggup menjerit, hitam awan pasrah kau jilati, kusam kau dekap dengan muak kau lelap, pagi yang hingar dengan sadar engkau gentar,,,

Dari bebrapa baris syair ini bisa di gambarkan masi banyak orang yang merasa terbuang. Kita ambil contoh di Jakarta, di Jakarta masi sangat banyak orang yang berjuang untuk dapat merubah nasib walau itu hanya ada dalam angan-angan saja.

Masi sangat banyak anak-anak jalanan yang mengadu nasib di kota yang terkenal kota yang paling kejam di Indonesia ini, banyak dari mereka datang dari berbagai desa yang ada di Indonesia untuk mengubah nasib atau mencoba peruntungan di kota besar ini, walaupun mereka masi terlalu kecil untuk merasakan kerasnya kehidupan untuk mencari nafkahnya sendiri, tapi mereka tetap bertahan walau mereka di caci langit, merasa terbuang dan mendambakan sebuah kebahagian di masa-masa indah dunia anak-anak. tapi mereka tetap sabar dan tak gentar untuk meraih bahagia yang ada di angannya,,,

Di Indonesia hal seperi ini mungkin sudah bisa dianggap seperti kebudayaan, karena banyak sekali anak-anak yang masi di bawah umur terlihat di pinggiran ibu kota untuk mencari uang, seperti mengamen, mengemis, bahkan sudah ada yang berani utuk menjadi pencopet. Dan jumlah mereka semakin bertambah setiap tahunnya.

Jelas ini bukan mau mereka, jelas ini bukan impian mereka, dan jelas ini bukan salah mereka!

Kita sadar kita adalah Negara yang sangat amat kaya, yang semuanya serba ada di sini, tapi kekayaan ini di kuasai oleh Negara lain dan hasilnya di nikmati Negara-negara lain. Dan anak bangsa hanya bias melihat dengan tatapan tolol.

Sekarang kita pikir, ini salah siapa?!

Sabtu, 12 Desember 2009

DESA HARUS JADI KEKUATAAN EKONOMI

DESA HARUS JADI KEKUATAAN EKONOMI

Dari tahun ke tahun banyak sekali warga desa yang hijrah ke kota untuk mencari peruntungan yang lebih layak, bukan Cuma orang dewasa yang mencoba peruntungan ini, tapi juga anak di bawah umur ikut-ikutan mengadu nasib di kota kota besar. Sungguh sangat memprihatinkan melihat ini semua, karena desa yang dulunya sebagai bagian sentral dalam perekonomian Negara sudah mulai banyak di tinggalkan dan mulai mencariperuntungan baru.

Desa harus jadi kekuatan ekonomi ,agar warganya tak hijrah ke kota, sepinya desa adalah modal utama untuk bekerja dan mengembangkan diri. Walau lahan sudahmenjadi milik kota, bukan berarti desa lemah tak berdaya . desa adalah kekuatan sejati, Negara harus berpihak pada para petani.

Entah bagaimana caranya desa adalah masa depan kita,keyakinan ini datang begitu saja, karena aku tak mau celaka,desa adalah kenyataan, kota adalah pertumbuhan,desa dan kota tidak terpisahkan,tapi desa harus di utamakan.

Di lumbung kita menabung, datang paceklik kita tak bingung, masa panen masa berpesta . itulah harapan kita semua.Tapi tengkulak-tengkulak bergentayangan , tapi lintah daratpun bergentayangan, untuk apa punya pemerintah,kalau hiddup terus-terusan susah.

Jumat, 11 Desember 2009

TOKEK BISA BERUBAH MENJADI UANG MILYARAN

TOKEK BISA BERUBAH MENJADI UANG MILYARAN

Mungkin banyak yang tak mengira bahwa harga tokek ternyata bernilai jual tinggi. Bahkan hewan yang masi kerabat atau sejenis dengan cicak itu telah menjadi komoditas ekspor yang sangat menjanjikan karena omsetnya bisa mencapai milyaran rupiah.

Percaya atau tidak, saya melihat acara wawancara di televise swasta , yang jika tidak salah pengusaha tokek itu bernama David Hendra. pria berumur 52 tahun yang menggeluti usaha bisnis tokek.

Dia berkata” sekali transaksi saya bisa mengantongi uang ratusan juta rupiah. Bahkan bisa mencapai milyaran rupiah”. Sungguh nilai yang tidak kecil untuk bisnis yang mungkin bisa di bilang menjijikan ini. Dan bagi kita tidak sulit mencari tokek yang siap di produksi. Tutur pak david.

Pak david menjelaskan, toek yang bernilai jual tnggi itu memang bukan sembarang tokek. Beratnya perekor harus lebih dari 3,5 ons. Umumnya berat tokek di bawah 2 ons tak laku di jual,kalaupun di jual, paling laku 2 ribu sampai 3 ribu saja.

Dia menambahkan , tokek dibagi tiga jenis, yaitu tokek hutan, tokek batu, dan tokek rumah. Masing masing memiliki cirri khas sendiri. Namun diantara tiga jenis tokek itu tokek rumah yang paling mahal. Untuk tokek rumah seberat 5 ons bisa di hargai mencapai rp 250 juta per ons.

Sungguh menggiurkan usaha ini, apalagi di zaman yang benar benar sulit mencari pekerjaan seperti sekarang ini. Anda berminat? Cobalah,,,,

Kamis, 26 November 2009

PERJUANGAN ANAK JALANAN

PERJUANGAN ANAK JALANAN

Setiap hari makin banyak saja anak-anak yang memilih jalan pintas untuk mencari uang. Mereka mencari uang bukan karena ke inginan mereka, mereka melakukan itu karena kenyataan keadaan yang mereka dapat sejak kecil, Dari keadaan ekonomi orang tua yang kurang mampu. Inilah yang membuat anak-anak diusia yang terbilang masi sangat kecil ini terpaksa bekerja untuk mendapatkan sesuap nasi dan bisa bertahan hidup.

Bukan hanya di ibu kota saja banyak terdapat anak-anak yang putus sekolah dan memilih turun ke jalan utuk mencari uang, tapi di kota-kota kecil juga sekarang sudah banyak terlihat anak-anak di bawah umur mencari uang dengan mengamen, mengemis,berjualan minuman ringan,dan lain sebagainya. Jelas itu semua bukan ingin mereka,.

Di angan mereka mungkin tersimpan cita-cita yang ingin mereka capai. tapi apa mau dikata, mungkin memikirkan cara untuk hari ini mendapatkan uang untuk makan saja sudah membuat pusing di pikiran mereka. Hari ini adalah hari untuk berjuang mencari uang dan esok haripun begitu. Tak ada lagi pikiran untuk menggapai cita-cita, semua itu bisa di rasakan dalam mimpi dan tersimpan dalam angan-angan saja.

Setiap hari saya melihat realita ini, melihat anak-anak melamun di pojokan toko-toko pinggiran jalan raya dengan tatapan kosong. Bukan hanya siang hari, bahkan malam haripun masi terlihat anak-anak jalanan mengamen di dalam bis kota di hingar-bingarnya gemerlap lampu merah. Setelah mereka lelah bekerja mencari uang, mereka tidur dengan di selimuti debu jalanan dan di payungi bintang-bintang yang menemani mereka tidur.

Apakah wajar semua ini dirasakan oleh anak sekecil itu yang masi sangat menginginkan belaian kasih sayang orang tua dan merasakan masa kecil yang indah seperti anak-anak lain?